Sabtu, 06 Maret 2010

tauhid dan syirik


.      Tauhid & Syirik
Tauhid maksudnya meng-esakan Allah SWT. Para Nabi/Rasul Allah membawa ajaran tauhid ini dalam setiap agama yang dibawanya.
Q.S. Al-Anbiyaa” :92 (artinya) :
“ Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.”
 Q.S Al- Mukminun :52 (artinya) :
“ Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada-Ku. “

Syirik, dosa yang tidak diampuni
Syirik maksudnya mensyarikatkan / menyekutukan Allah SWT, baik dalam hal menyembahNya ataupun dalam Iktikad.
Q.S. An-nisaa’ : 48 (artinya) :
“ Sesungguhnya Allah tidak akan  mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. “
Q.S. An-Nisaa :116 (artinya) :
“ Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barang siapa memepersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. “

2.      Thariqat, Jalan Menuju Tauhid Yang Murni.
Ada 2 (dua) cara bertauhid dalam pelajaran agama islam yang kita peroleh, yakni: Tauhid Mutakallimin dan Tauhid Mutasawwifin.
a.      Tauhid mutakallimin
Yakni bertauhid dengan jalan/cara mengambil dalil Naqli dan Aqli,mempelajari sifat-sifat yang wajib,mustahil, dan harus bagi Allah SWT. Dikalangan awam ilmu tauhid ini disebut sifat 20 (duapuluh).
Penyusun ilmu tauhid+Muttakallimin yang pertama ialah : Abu Hasan Al-Asy’ari (lahir tahun 260 H / 873 M), cucu dari Abu Musa Al-Asy’ari sahabat Nabi.
b.      Tauhid Mutasawwifin.
Yakni bertauhid dengan jalan/cara mengamalkan ilmu tasawuf. Para ahli/ulama tasawuf mengatakan tiada berhasil tasawuf tanpa mengamalkan suatu thariqat.


Setiap orang yang ingin mempelajari suatu ilmu maka hendaklah terlebih dahulu mengetahui dasar-dasar dari ilmu tersebut, yakni ada 10 (sepuluh) dasar, demikian pula dalam ilmu tasawuf ini :   
1.      Ta’rif ilmu Tasawuf
Tasawuf pada lughat diambil dari pada kata “Showafa” Artinya bersih dan jernih atau bening.
Tasawuf dalam istilah ialah : ilmu untuk membersihkan diri daripada perangai-perangai atau sifat-sifat yang dibangsakan kepada manusia agar meningkatkan kepada sifat-sifat yang terpuji yang dibangsakan kepada malaikat serta membulatkan ibadah semata-mata kepada Allah Ta’ala dan untuk mensucikan zat Allah daripada segala sifat kekurangan yang mencederakan sifat ketuhanan.
2.      Maudhu/tajuk bahasan ilmu Tasawuf
Tajuk bahasannya ialah zat Allah Ta’ala dan sekalian zat makhluk dari sekira-kira di nafi dan difanakan akan mereka dan segala maqam dan segala keadaan orang-orang ‘arifin dan jalan amalan mereka dsb.
4.   Faedahnya
      Faedahnya ialah membersihkan hati agar sampai kepada ma’rifat akan terhadap Allah Ta’ala sebagai ma’rifat yang sempurna untuk keselamatan di akhirat dan mendapat keridhaan Allah Ta’ala dan mendapatkan kebahagiaan abadi.
5.   Hubungan dengan ilmu-ilmu yang lain.
      Ilmu tasawuf ialah sebagian daripada ilmu-ilmu agama yang tiga bagian yaitu : ilmu tauhid, ilmu tasawuf, dan ilmu fiqih. Bahkan ilmu tasawuf ini menguatkan ilmu tauhid dan mengheningkan ilmu fiqih dimana hubungan ilmu tasawuf dengan  ilmu agama seperti hubungan  ruh dengan jasad.
6.   Yang menghantarkan ilmu tasawuf.
      Yang menghantarkan ilmu tasawuf ini ialah Allah SWT yang diwahyukan kepada RasulNya Muhammad SAW, dan kata sebagian orang bahwa orang yang mula-mula menyusunnya sebagai ilmu tersendiri ialah Syaikh Junaidi Al-Baghdadi.
7.   Nama ilmu ini
      Nama ilmu ini ialah : Ilmu Tasawuf, ilmu qalbu, ilmu bathin, ilmu laduni, ilmu mukasyafah, ilmu hakikat,ilmu zuqi, ilmu wujdani, dll.
8.   Tempat pengambilan ilmu ini.
      Ilmu ini diambil daripada Al-Qur’an dan Al-Hadist dan kepada orang-orang ahli Shufi yang telah meningkat kepada derajat atau martabat yang boleh diterima orang perkataannya. dan kepada orang-orang ahli Shufi yang telah meningkat kepada derajat atau martabat yang boleh diterima orang perkataannya.
9.   Hukum Syari mempelajarinya
      mempelajari ilmu tasawuf ini Fardu ‘ain hukumnya atas tiap-tiap orang yang kuasa mempelajarinya selain daripada qadar fardhu pada ilmu tauhid. Telah berkata sebagian daripada orang ‘Arifin : “Barangsiapa tidak berpeluang mempelajari ilmu ini dikhawatirkan atasnya su’ul Khatimah.
10. Masalah-masalah ilmu tasawuf
      Masalah ilmu tasawuf ialah perkara yang bergantung/bersangkut-paut dengan musyahadah akan terhadap Allah Ta’ala dan perkara yang bergantung dengan segala maqam dan segala keadaan kaum ‘arifin dan Sholihin dari ahli tasawuf. Dan perkara yang membicarakan hal-hal yang menghalangi daripada berbuat ta’at kepada Allah dan perkara yang mencederakan pahala amalan seseorang kepada Allah.

            Dengan mengamalkan dengan benar Thariqat yang ada pada ilmu tasawuf tadi akan menyampaikan seseorang muslim kepada tauhid yang murni. Melalui thariqat akan mengantarkan kepada maqam-maqam tertentu dengan bertauhid.
Beberapa ayat tentang tauhid :
a.   Q.S. As-shaft :16 (artinya)
      “ Dan Allah yang menciptakan kamu dan semua perbuatan kamu. “
b.   Q.S. Al-Anfal : 17 (artinya)
      “ Dan bukanlah engkau yang melempar diwaktu engkau melempar, tatapi (pada hakikatnya) Allah yang melemparnya. “
c.   Q.S.Al-Baqarah : 115 (artinya)
      “ Kepunyaan Allah akan timur dan barat, barang kemana kamu memandang maka kamu dapatkan zat/diri Allah (yang Esa). “
d.   Q.S. Al-Hadid : 4 (artinya)
      “ Dan Dia (Allah) beserta kaum dimana saja kamu berada. “
e.   Q.S. Qaf : 16 (artinya)
      “ Dan Kami lebih hampir kepadanya (Seseorang daripada urat lehernya). “
f.    Dan lain-lain ayat Al-Qur’an maupun Al-Hadist

Tauhid dalam Tasawuf terbagi :
-     Tauhidul Af’al disebut juga Musyahadah Af’al.
-         Tauhidul Shifat, disebut juga Musyahadah Syifat.
-         Tauhidul Asma, disebut juga Musyahadah Asma (nama).
-         Tauhiduz Zat, disebut juga Musyahadah Zat.


3. Mencium Makam Orang-orang Sholeh, Mengambil Berkah Dari Orang-orang Sholeh
            Tidak perlu diragukan lagi, bahwa bertabarruk dengan makam orang-orang sholeh adalah Jaiz (diperkenankan oleh Syara’). Imam Al-Hafiz Al- ‘Iraqiy meriwayatkan dalam kitabnya yang berjudul “Fathul-Muta’al”, bahwa Ahmad bin Hanbal (Imam Hanbali) memperbolehkan orang mencium makam Rasulullah SAW, makam para Waliyullah dan orang-orang sholeh lainnya sebagai Tabarruk.
            Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah melihat orang berbuat seperti itu ia keheran-heranan. Selanjutnya Imam Al-Iraqiy berkata : “apa anehnya ?, bukankah kami telah meriwayatkan bahwa Imam Ahmad bin Hanbal bertabarruk dengan mencium air bekas cucian baju Imam Syafi’i ?, bahkan Syaikhul islam Ibnu Taimiyah sendiri juga meriwayatkan bahwa Imam Ahmad bin Hanbal bertabarruk di petilasan Imam Syafi’i.

Beberapa dalil Tabarruk;
1.   Imam Al-Baihaqi, Abu Ya’lan, dll. Meriwayatkan bahwa Khalid bin Al-walid setiap maju ke medan perang selalu membawa potongan rambut Rasulullah SAW sebagai tabarruk. Berkat rambut Rasulullah itu dalam setiap pertempuran Khalid selalu berhasil meraih kemenangan.
2.   Imam Muslim, Abu Daud, An-Nasai dan Ibnu Majah meriwayatkan, bahwa Asma binti Abu Bakar As-shiddiq ra pada suatu hari mengeluarkan sehelai jubah kemudian berkata kepada orang-orang yang hadir. “Dahulu Rasulullah SAW memakai jubah ini. Jubah ini kami cuci dan airnya kami gunakan untuk menyembuhkan orang-orang sakit.
3.   Ibnu Qusaith dan Al-‘Utbiy mengatakan bahwa para sahabat Nabi saat memasuki Mesjid Nabawi mengusapkan tangan pada mimbar Rasulullah SAW yang berdekatan dengan makam beliau dengan maksud bertabarruk dan bertawasul (“Thabaqat” Ibnu Sa’ad).
4.   Ibnu Sa’ad juga mengatakan, ia melihat Abdullah bin Umar ibnul Khattab ra (Ibnu umar) bertabarruk dengan mengusapkan tangannya pada tempat duduk Rasulullah SAW yang berada pada mimbar beliau, kemudian mengusapkan tangan itu pada wajahnya.
5.   Diriwayatkan juga bahwa Bilal bin Rabbah ketika kembali ke Madinah dari Syam, didepan para sahabat Nabi ia menangis sambil mengusap-usap pipinya pada lantai bekas kamar Rasullah SAW.
6.   Demikian pula ketika Fatimah binti Rasullah SAW bertabarruk didepan makam Ayahandanya.
7.   Adanya yang bertabarruk dengan keringat Rasullah SAW. (HR Bukhari dan Muslim).
8.   Adanya yang bertabarruk dengan mengusap kulit Rasulullah SAW (HR Al-Hakim).
9.   Tabarruk dengan sesuatu yang pernah disentuh mulut Rasulullah SAW (HR Imam Ahmad bin Hanbal)
10. Tabarruk dengan mencium tangan seseorang yang pernah mengusap bagian badan Rasulullah SAW (HR Bukhari).
            Tabarruk yang dilakukan oleh kaum muslimin itu mungkin sekali kelanjutan dari tabarruk yang mereka lakukan semasa hayatnya Rasulullah SAW, yaitu ketika mereka mereka melakukan tabarruk dengan potongan rambut beliau, dengan bekas air wudhu beliau, sisa air minuman beliau, pakaian beliau, dan ternyata tabarruk demikian itu diperbolehkan oleh beliau.

Ditulis oleh: H. Husnan Malik SH (Dosen Metafisika UNPAB)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar